Feb 2, 2017

Ritual Tradisi Membangkitkan Mayat Paling Mengerikan dan Menakutkan

Di Tana Toraja Makassar, Indonesia, tepatnya di desa Baruppu ada salah satu ritual prosesi pemakaman yang cukup unik tapi juga mengerikan bagi sebagian orang, dimana tradisi itu adalah membangkitkan dan mengangkat kembali mayat-mayat leluhur atau kerabatnya yang telah mati puluhan tahun yang lalu, tujuannya adalah untuk mengenang dan juga menghormati jasad para leluhur, keluarga, atau kerabat mereka.

Tradisi membangkitkan mayat ini di sebut sebagai Ma'nene, dan tradisi ini sampai saat ini masih di lakukan.  Sebenarnya tradisi ini sudah berlangsung puluhan tahun yang lalu sejak tahun 1905.

Kata Ma'nene sendiri bermakna Mayat yang Diawetkan, dan menurut masyarakat Toraja, kematian merupakan sesuatu yang sangat di sakralkan, dan kematian juga harus di hormati.

tradisi membangkitkan mayat  yang telah mati puluhan tahun
all image via dailymail.co.uk

Mereka yang mati biasanya di letakan di dalam sebuah gua diatas bukit, dan selama beberapa tahun di biarkan saja di dalam gua tersebut.  

Dan uniknya mayat-mayat yang di letakan di dalam gua tersebut tidak membusuk, dan kondisinya tetap utuh walau sudah bertahun-tahun, padahal mayat tersebut tidak di balsem, dan hanya di letakan begitu saja di dalam gua tersebut.

Gua yang terletak di desa Sillanang, menurut anak ketua adat disana, kemungkinan di dalam gua tersebut terdapat zat yang mempunyai khasiat dapat mengawetkan mayat manusia, menurutnya hingga saat ini belum satu orang pun ahli yang menyelidiki tentang fenomena di Gua Sillanang tersebut, sehingga fenomena ini belum terungkap.

Asal Muasal Tradisi Ma'nene
ritual pembangkitan mayat yang paling mengerikan

Asal muasal dari Tradisi Ma'nene ini bermula ratusan tahun yang lalu, kisahnya dari seorang pemburu hewan bernama Pong Rumasek.

Saat itu Pong berburu hewan hingga masuk ke pegunungan Balla, di tengah perjalan dia menemukan mayat seseorang di tengah jalan, dimana kondisinya jasadnya sangat memprihatinkan, tubuhnya hanya tinggal tulang belulang.

Kemudian hati Pong tergugah, dan ia ingin merawat jasad tersebut, kemudian tubuh mayat tersebut di bungkus dengan baju yang dipakainya, setelah di rasa cukup, Pong kemudian melanjutkan berburuannya.

Sejak kejadian tersebut Pong selalu di limpahi rejeki yang banyak, di saat berburu hewan, buruannya selalu tertangkap dan mudah mendapatkannya, termasuk pula buah-buahan yang terdapat di hutan.

Kejadian aneh yang lainnya, dimana saat dia kembali pulang kerumahnya, tiba-tiba saja tanaman pertanian yang di tinggalkannya, tiba-tiba paneh lebih cepat dari waktunya, dan hasilnya pun sangat berlimpah.

Dan sejak saat itu setiap kali Pong berburu ke hutan, dia selalui menemui arwah orang mati yang pernah di rawatnya, dan terkadang arwah tersebut sering diajak berburu untuk mengghiring binatang.

Dan akhirnya Pon pun berkesimpulan bahwa jasad orang yang telah meninggal harus tetap di muliakan, walaupun jasad tersebut tinggal sisa tulang belulangnya saja.

tradisi ritual membangkitkan mayat yang telah mati

Dan hingga saat ini setiap setahun sekali dan sehabis panen besar pada bulan Agustus, setiap penduduk Baruppu selalu mengadakan ritual Ma'nene untuk menghormati jasad leluhur, keluarga, dan juga kerabat.

Tidak hanya itu saja Ritual Ma'nene juga di artikan sebagai perekat kekerabatan diantara mereka, dan tradisi ini sudah menjadi aturan adat yang tidak tertulis yang harus selalu di patuhi setiap warganya.

Aturan tersebut diantaranya adalah apabila salah satu pasangan suami istri ada yang meninggal, maka pasangan yang di tinggal mati tersebut tidak boleh kawin lagi sebelum mereka mengadakan upacara ritual Ma'nene.

Karena mereka menganggap bahwa apabila belum melaksanakan ritual Ma'nene, status mereka masih dianggap sebagai pasangan suami istri yang sah, dan apabila sudah melakukan upacara Ma'nene maka pasangan yang masih hidup sudah dianggap bujangan dan juga berhak untuk kawin lagi.

upacara untuk membangkitkan jasad yang telah mati

Dan penduduk Desa Baruppu juga sangat percaya, apabila tradisi Ma'nene tidak dilaksanakan makan akan datang musibah di desa mereka, seperti gagal panen ataupun salah satu keluarga mereka ada yang menderita sakit yang berkepanjangan.

Masyarakat desa Baruppu menganggap dirinya merupakan keturunan dari Ta'dung Langit atau yang datang dari awan, hal ini berbeda dari kebanyakan masyarakat Toraja pada umumnya yang menganggap bahwa diri mereka merupakan keturunan dari orang Maraya atau keturunan bangsawan yang bernama Sawerigading

Tradisi dari masyarakat Toraja umumnya sangat menghormati leluhurnya yang suci yang berasal dari lagit dan bumi, maka tidak semestinya orang yang telah meninggal dunia, jasadnya di kuburkan dalam tanah, dan menurut mereka hal tersebut akan merusak kesucian bumi yang dapat berakibat pada kesuburan bumi itu sendiri.

ma'nene ritual pembangkitan mayat yang telah mati bertahun tahun

Walaupun sebagain masyarakat Toraja ataupun desa Barrupu sebagian telah memeluk agama samawi, namun mereka tetap menjalankan tradisi yang di wariskan oleh para leluhur mereka dan hal ini tidak mudah untuk di tinggalkan.

Keluarga yang melaksanakan ritual Ma'nene biasanya mereka mengawali dengan memotong kerbau dan juga babi, dan masyarakat toraja juga menganggap tradisi ini merupakan pesta untuk menghormati orang yang akan menuju nirwana.

Dalam ritual Ma'nene ini biasanya para laki-laki saling bergandengan tangan untuk membentuk lingkaran sambil melantunkan Ma'badong, yaitu sebuah gerak dan lagu yang melambangkan ratapan dan juga kesediahan untuk mengenang jasa para leluhur ataupun keluarga yang telah wafat.

Dan tak lama kemudian peti jenazahpun mulai diturunkan dari lubang-lubang batu secara perlahan.  Peti tersebut berisi jasad dari leluhur, keluarga ataupun kerabat mereka.

ma'nene upacara ritual untuk membangkitkan mayat

Selanjutnya mayat tersebut kemudian di bungkus ulang dengan lembaran kain ataupun baju baru dan dilakukan oleh anak cucu mereka.

Dalam setiap upacara Ma'nene, biasanya jasad orang yang meninggal pantangan untuk di letakan di tanah, karena hal tersebut para keluarga kemudian memangku jasad para leluhurnya, dan hal ini tentu saja memancing tangis dan juga kepiluan bagi keluarga, kemudian mereka meratapi sambil menyebut-nyebut namanya,

Mayat Berjalan Sendiri
upacara ritual untuk membangkitkan mayat yang telah mati

Mayat-mayat yang sudah di makamkan di kuburan tebing atau kuburan batu atau biasa di sebut Patane kemudian diangkat dan di keluarkan.  Namun ada keunikan dari masyarakat Toraja, dimana selain mengeluarkan mayat,  mereka juga membangkitkan mayat tersebut.

Biasanya mayat tersebut bisa disuruh berjalan sendiri untuk pulang ke rumah. Kisah dan juga cerita tentang mayat berjalan ini memiliki banyak versi cerita. Dahulu beberapa puluh tahun yang lalu, pernah terjadi perang saudara di tanah toraja, perang ini melibatkan orang-orang toraja timur dan toraja barat.

Dalam perang saudara tersebut Toraja barat mengalami kekalahan dan sebagain besar warganya banyak yang tewas, tetapi pada suatu saat, seluruh mayat dari warga Toraja Barat bangkit dari kematian dan berjalan pulang menuju kampungnya, sedangkan orang Toraja Timur walaupun sedikit korban yang tewas mereka tetap menggotong mayat saudara mereka, dan perang ini pun dianggap seri.

ritual untuk memanggil roh yang telah mati

Versi yang lainnya menyebutkan bahwa mayat berjalan kaku dan juga menyeret-nyeret itu sebenarnya sudah merupakan kebiasaan dari kehidupan masa lalu, orang-orang Toraja biasa menjelajah daerah-daerah yang bergunung dan berbukit, dan mereka kemana-mana selalu berjalan kaki, dan mereka tidak pernah mengenal pedati, kuda dan juga alat transportasi lainnya.

Akibat dari kebiasaan orang toraja yang selalu berjalan kaki, banyak diantara mereka yang kemudian meninggal didalam suatu perjalanan mereka.

Agar mayat tidak sampai terlantar akibat meninggal di daerah yang tidak dikenal dan juga orang toraja sangat menghormati roh orang mati.

Maka dengan suatu ilmu gaib yang semacam bisa menghipnotis, kemudian mayat-mayat tersebut bisa pulang kekampung halaman mereka.

Cara demikian juga agar tidak meyusahkan manusia yang hidup lainnya, sebab tentunya akan sangat menyusahkan apabila mereka menggotong terus jenazah di sepanjan perjalanan mereka yang biasanya memakan waktu berhari-hari lamanya.

Dan biasanya mayat baru akan diam dan berhenti apabila sudah sampai di rumahnya sendiri dan juga sudah meletakan badannya.  Syarat dari ilmu gaib ini adalah, jangan pernah menyentuh mayat tersebut, karena apabila di sentuh maka pengaruh ilmu tersebut akan hilang terhadap mayat tersebut.

tradisi untuk membangkitkan mayat yang telah mati

Menurut warga asli Tanah Toraja, Ardiansyah (28) mengisahkan, ilmu membangkitkan mayat ini merupakan ilmu leluhur yang di turunkan secara turun-temurun, biasanya orang yang mempraktekan ilmu ini ingin menghormati jasad keluarganya, dan mayat tersebut pada saat berada di kuburan waktu, sewaktu waktu bisa di tarik kembali dan diajak untuk pulang.

Hanya saja ilmu mayat berjalan menurutnya merupakan tradisi dan bukan sembarang orang yang melakukannya, mereka yang bisa melakukan hal tersebut pasti memiliki ilmu tertentu yang diturunkan oleh guru-gurunya dan juga sesepuh adat.

“Itu ilmu kuno. Di jaman sekarang sudah tidak  banyak lagi orang bisa melakukan hal itu,” kata Ardiansyah.

Ardiansyah menambahkan, dia dulu juga pernah diajari kakeknya ilmu ini. Tapi karena membangkitkan mayat dirasa sangat mengerikan dan juga menakutkan, maka dia urung untuk mempelajari ilmu tersebut.

upacara untuk membangunkan orang yang telah  mati

Umumnya orang yang memiliki ilmu membangkitkan orang mati, mereka awal mulanya biasanya mempraktekkan pada binatang, seperti ayam atau kerbau yang diadu dan kemudian mati dalam keadaan leher terputus.

Binatang seperti kerbau yang sudah dipotong kepalanya dan juga sudah dikuliti habis pun, jika diberi mantera-mantera dan ilmu gaib Tanah Toraja, mereka masih bisa dibuat untuk berdiri dan juga berlari kencang, serta mengamuk ke sana sini,” kutip Ardiansyah yang mengaku bangga dengan adat leluhurnya.

Namun begitu tradisi Tanah Toraja menjalankan mayat dari rante atau tempat persemayaman ke Patane, menurut Ardiansyah, hanya bisa dilakukan oleh masyarakat Toraja saja. 

upacara ritual untuk membangkitkan orang yang telah mati

Mayat-mayat tersebut dapat berjalan karena doa-doa yang dipanjatkan kepada leluhur dan juga arwah almarhum.

Namun sayang ritual ini perlahan mulai ditinggalkan. Sebab masyarakat Toraja semakin banyak yang memeluk agama samawi.

“Ritual Ma’nene sebenarnya tidak sepenuhnya hilang, cuma jarang dipakai saja saat ini. Tapi bila anda mau masuk ke pelosok pedesaan, ritual mayat berjalan ini masih ada dan  tetap dijalankan. Sebab warga Toraja masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistik dan karena mereka juga ingin menjaga kekhasan dari budaya leluhurnya agar tidak hilang.


EmoticonEmoticon