Feb 24, 2017

Aksi Paling Brutal dan Sadis Terhadap Kejahatan Narkoba di Filipina

Narkoba atau Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya, memang merupakan suatu masalah yang cukup besar dan pelik di setiap negara, beragam kebijakan dan juga Undang-undang yang di terapkan terhadap kejahatan Narkotika di setiap Negara berbeda-beda.

Namun di Filipina kejahatan Narkoba akan mendapatkan ganjaran yang sangat berat, tidak tanggung-tanggung tembak di tempat terhadap pengedar dan juga bandar sering di lakukan di Filipina.

Wajar saja karena Filipina selama ini dikenal sebagai tempat persinggahan dari sindikat penjualan narkoba terbesar di Asia Tenggara. Dan Angka penjualan narkoba di Filipina diperkirakan mencapai USD 8 miliar atau setara Rp 104,9 triliun.

kebijakan sadis presiden Rodrigo Duterte terhadap pelaku kejahatan narkoba
Presiden Rodrigo Duterte, Image via global.liputan6.com

Adalah Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang menerapkan kebijakan perang terhadap Narkoba, dalam sebulan terakhir sejak dia berkuasa setidaknya sudah 400 orang pengedar narkoba meregang nyawa.

Dalam suatu pidatonya pada Jumat (5/8/2016), Duterte menegaskan tentang kebijakannya untuk tembak di tempat terhadap pelaku kejahatan Narkotika, dan hal itu berlaku untuk semua kalangan termasuk para politisi.

"Saya akan benar-benar membunuh mereka. Lihatlah apa yang telah kalian lakukan terhadap Filipina dan kalian ingin saya memaafkan anda?", kata Duterte setelah dia membesuk seorang polisi di Davao yang ditembak oleh tersangka pengedar narkoba.

"Perintah saya adalah tembak di tempat dan juga untuk membunuh kalian semua. Saya tak peduli soal hak asasi manusia dan kalian seharusnya percaya akan hal itu," lanjut Duterte.

"Kalau Anda saat ini terlibat narkoba, maaf saja, Saya harus meminta maaf kepada keluarga Anda karena Anda akan segera dibunuh," kata Duterte.

Namun bukan itu saja, presiden yang resmi menjabat pada 30 Juni itu juga kemudian mengajak warga sipil untuk membunuh para bandar dan pengedar obat-obat terlarang dan akan menjanjikan memberi imbalan sejumlah uang.

"Kalau mereka ada di sekitar kalian silakan hubungi kami, polisi atau lakukan sendiri kalau kalian punya senjata. Saya selalu dukung kalian," kata Duterte di depan kerumunan massa bulan lalu, seperti dilansir dari koran the Straits Times.

aksi sadis dan brutal terhadap kejahatan narkoba di filipina
Mayat pengedar Narkoba - image via internasional.kompas.com

Dan memang Duterte fokus pada janji kampanyenya untuk segera menyelesaikan masalah peredaran Narkotika dan obat terlarang dalam jangka waktu enam bulan dia berkuasa.

Uniknya para eksekutor yang di tugaskan untuk membasmi para gembong narkoba tidak hanya dari kalangan penegak hukum saja, namun juga melibatkan masyarakat yang di bayar untuk menjadi pembunuh bayaran.

Menurut laporan dari Istana Kepresidenan Filipina Malacanang, bahwa kebijakan yang sangat kontroversial ini ternyata mampu menurunkan tindak kejahatan Narkotika hingga 90%.

Mereka melaporkan setidaknya 2.956 warga yang terlibat kejahatan narkoba telah tewas di basmi oleh penegak hukum, dan setengah dari mereka tewas di tangan kelompok masyarakat yang di bayar sebagai pembunuh bayaran untuk membasmi pengedar Narkoba.

Keterangan tersebut kemudian dibenarkan oleh Kepolisian Nasional Filipina. Mereka menyatakan bahwa sejauh ini sekitar 1.466 orang gembong narkotika telah tewas akibat operasi yang mereka lancarkan.

penembak misterius terhadap pengedar narkoba di filipina
Mayat pengedar Narkoba - image via merdeka.com

Dan sementara itu sekitar 1.490 orang lainnya tewas di tangan kelompok masyarakat yang di beri wewenang untuk menembak di tempat terhadap pengedar Narkotika.

Selain telah menewaskan ribuan orang pelaku kejahatan Narkoba, Filipina juga telah menangkap sekitar 16 ribu yang di duga sebagai Bandar dan juga pengedar Narkoba.

Dan tidak hanya itu saja, ternyata kebijakan ini membuat ciut nyali para pelaku Kejahatan Narkotika, dan setidaknya sekitar 700 ribu pelaku Narkoba telah menyerahkan diri, karena takut di tembak mati.

"Operasi kepolisian ini terbilang sukses," sebut Pejabat Komunikasi Kepresidenan Filipina, yaitu Martin Andanar.

Andanar juga menambahkan, meski memuji tentang putusan tembak langsung, kebijakan ini sebenarnya juga turut menjadi perhatian mereka. 

Kekhawatiran  tersebut terletak pada kemungkinan kebijakan tersebut nanti disalahgunakan oleh beberapa kelompok atau pelaku kriminal yang lain.

"Jika pembunuhan dilakukan saat perang antar gang, ini pasti akan menimbulkan kecemasan. Bila itu terjadi, maka payung hukum harus terus diterapkan," katanya.

Beberapa waktu terakhir Presiden Duterte terus diserang oleh dunia internasional terkait kebijakannya yang sangat kontroversial tersebut.

Namun Duterte seperti menutup telinga terhadap kecaman dan juga kritik yang di lontarkan dunia international.

Bahkan Duterte juga menyatakan bahwa dia siap mempertimbangkan untuk melaksanakan kembali hukuman mati bagi bandar dan juga pengedar narkotika di Filipina.

"Kami memang sudah tidak ada hukuman mati disini, sekarang siapa yang akan menerapkan hukuman mati tersebut? Orangnya adalah Duterte,"  Ujar Presiden Filipina tersebut.

Aksi Tembak di Tempat
Aksi tembak di tempat tanpa pengadilan terus saja menimbulkan banyak nyawa bergelimpangan.

Bahkan sejumlah foto yang banyak beredar di Internet dan juga media massa memperlihatkan banyak para pangedar Narkoba tewas di bunuh dengan cara yang sangat brutal.

Biasanya jasad dari seorang pengedar yang di tembak mati di Manila memberikan ciri yaitu, seluruh kepalanya di balut dengan plester atau lakban dan di bagian dada mayat di letakan kardus yang bertuliskan "saya pengedar".

aksi tembak di tempat bagi pengedar narkoba di filipina
mayat pengedar narkoba di kota Pasay - image via photo.liputan6.com

Bahkan pengacara pemerintah menyerukan agar aparat lebih banyak lagi membunuh para pengedar Narkotika, dan hal tersebut banyak mendapatkan kritikan terhadap cara brutal yang dilakukan oleh Presiden. 

Pengacara pemerintah bahkan menyerukan agar aparat lebih banyak lagi membunuh para pengedar narkoba. Namun kalangan pembela hak asasi dan anggota parlemen menyesalkan cara brutal Duterte dalam memerangi narkoba.

Menurut Pengacara pemerintah Jose Calida saat menggelar jumpa pers, dia menanggapi kritik dari banyak kalangan yang tidak setuju dengan cara Duterte dalam membasmi narkoba.  

aksi brutal dan sadis bagi pengedar dan bandar narkoba di filipina
evakuasi mayat pengedar narkoba di kota pasay oleh polisi

Dan Dia sangat mendukung tindakan tegas aparat untuk membunuh para bandar narkoba di mana pun mereka berada.

"Bagi saya angka tersebut belumlah cukup. Berapa banyak pecandu narkoba atau pengedar yang ada di Filipina? Seluruh desa di negeri ini hampir seluruhnya dipenuhi narkoba," kata dia.

Peranan Pembunuh Bayaran
Ternyata saking gencarnya pemerintah Filipina dalam memerangi Narkoba, tidak hanya polisi saja yang di libatkan untuk menjadi eksekutor mati bagi para pelaku kejahatan Narkotika, peran pembunuh bayaran pun di gunakan pemerintah Filipina untuk membasmi para pecandu dan juga bandar Narkoba.

pelaku pembunuh bayaran untuk membunuh pengedar narkoba
Maria - image via bbc.com

Seperti di Lansir BBC Indonesia, berikut ini adalah pengakuan dari seorang pembunuh bayaran Wanita yang di sewa pemerintah untuk menghabisi para pengedar dan juga bandar Narkoba.

Sebut saja Maria, bukan nama sebenarnya, Wanita ini di sewa oleh pemerintah untuk membunuh sebagai bagian dari sangsi pemerintah dalam perang melawan narkoba.

Maria merupakan bagian dari sebuah tim pemburu yang terdiri dari 3 orang wanita, dan para wanita ini mendekati korban mereka dengan tanpa menimbulkan kecurigaan terhadap para bandar Narkoba.

Sejak terpilihnya Presiden Duterte, setidaknya Maria telah berhasil membunuh 5 orang pengedar Narkoba, dan kesemuanya di tembak oleh Maria di bagian kepala.

Dalam wawancara dengan BBC Maria di tanya :
"Siapa yang memberikan perintah kepada anda untuk melakukan pembunuhan, "Bos saya, dia seorang perwira Polisi,", jawab Maria

Perang melawan Narkoba di Filipina ternyata juga memberinya lebih banyak pekerjaan, ternyata Suami Maria juga berprofesi sebagai seorang Pembunuh bayaran yang di sewa untuk membunuh bandar Narkoba.

pemberantasan narkoba paling sadis dan paling brutal
mayat pengedar narkoba di tangisi keluarga, image via internasional.republika.co.id

Namun pekerjaan sebagai pembunuh bayaran sangat berat resikonya, karena harus berhadapan dengan mafia, geng dan juga jaringan yang terorganisir.

"Suami saya diperintahkan untuk membunuh seseorang yang tidak membayar utangnya sekaligus sebagai pengedar Narkoba."

Ini menjadi sebuah tugas rutin bagi suaminya sampai terjadi situasi yang lebih menantang.

"Suatu waktu mereka membutuhkan seorang perempuan, suami saya memberi jalan kepada saya untuk melakukan pekerjaan ini. Ketika saya melihat orang yang seharusnya saya bunuh, saya mendekati dia dan kemudian saya menembaknya."

Maria dan juga Suaminya berasal dari lingkungan miskin di kota Manila, mereka tidak memiliki penghasilan tetap sebelum akhirnya menyetujui untuk menjadi pembunuh bayaran.

Mereka saat ini berpenghasilan 20.000 Peso Filipina atau sekitar 5,7 Juta Rupiah untuk sekali membunuh, selanjutnya uang tersebut di bagi dengan 3 atau 4 orang di tim nya.

Kontrak untuk menjadi pembunuh bayaran memang bukan hal yang baru di Filipina, Presiden Duterte telah mengirimkan sebuah pesan yang jelas pada saat menjelang pemilihannya menjadi presiden, dia berjanji akan membunuh 100.000 pelaku kriminal dalam 6 bulan di masa pemerintahannya.

Dan terutama sekali dia memperingatkan kepada para pengedar narkoba:"Jangan menghancurkan negara kami karena saya akan membunuh Anda."

Maria sebenarnya juga menyesal terhadap pilihannya menjadi seorang pembunuh bayaran.  

"Saya merasa amat bersalah dan itu sangat membuat saya gelisah, saya tidak ingin keluarga dari orang yang saya bunuh kemudian mendatangi saya."

Maria juga khawatir mengenai apa yang di pikirkan oleh anaknya.  

"Saya tidak ingin anak saya datang kepada kami dan berkata bahwa mereka dapat hidup karena membunuh demi uang".

"Anak laki-laki saya yang tertua bahkan sudah mulai bertanya, bagaimana dia dan suaminya bisa mendapat begitu banyak uang".

Menurut Maria dia dan juga suaminya harus terus membunuh untuk memenuhi kontrak yang telah dia tanda-tangani, dia ingin agar tindakan yang dia lakukan merupakan tindakan terakhirnya.

Namun Bosnya telah mengancam bahwa siapa pun yang keluar dari tim akan di bunuh olehnya.  Maria merasa terjebak.

Maria merasa banyak melakukan dosa, dan meminta kepada pasturnya untuk memberikan pengampunan dalam pengakuan dosa di gereja, namun dia tidak berani mengatakan kepadanya dosa apa yang telah dia lakukan selama ini.


EmoticonEmoticon