Pada suatu hari di tengah musim panen di sebuah Desa bernama Woolpit, di Suffolk, Inggris. Sejumlah warga yang sibuk di ladang mereka, tepatnya dekat lubang yang menjadi perangkap serigala, dikejutkan dengan ditemukannya sepasang bocah pria dan wanita yang saat itu terlihat sangat kebingungan.
Namun penampilan dari keduanya membuat orang-orang sangat terkejut. Meski keduanya terlihat layaknya seperti manusia biasa namun kulit tubuh mereka berwarna hijau.
Kedua bocah saat itu mengenakan pakaian yang aneh dari juga terbuat dari bahan yang aneh dan tidak dikenal, serta mereka bicara dengan bahasa yang tak dimengerti oleh siapapun.
'Dimana pada saat mereka ditemukan, mereka mengenakan sesuatu yang terbuat dari dedaunan musim panas ataupun berbentuk rumput halus sebagai pakaiannya. Ada rona aneh pada kedua mata bocah tersebut, bahkan kulit para bocah itu berwarna hijau", demikian cerita yang beredar soal legenda yang terkenal dengan nama 'Green Children of Woolpit', seperti yang dilansir Today I Found Out, pada Rabu (13/4/2016)
Kedua bocah misterius tersebut juga menolak semua makanan yang diberikan seperti roti. Mereka tidak tertarik melihat makanan yang disodorkan. Hingga akhirnya, keduanya bereaksi saat melihat kacang.
Namun Mereka kemudian hanya memakan kacang. Dari reaksi tersebut, jelas terlihat, itu merupakan makanan yang biasa mereka santap.
Meski ada ketidaksepakatan soal waktu terjadinya penemuan bocah tersebut, namun ada yang menyebut kejadiannya terjadi pada masa pemerintahan Raja Stephen yaitu antara tahun 1135-1154 atau ada yang menyebutkan terjadi pada masa Henry II tepatnya pada tahun 1154-1189. Cerita dan juga kisah yang beredar menyebutkan bahwa bocah lelaki yang berusia lebih muda, sakit dan kemudian akhirnya meninggal dunia.
Sementara itu bocah perempuan tetap dalam kondisi sehat. Dan dia mulai mengkonsumsi makanan lain dan perlahan perjalanan waktu membuat warna hijau pada kulitnya kemudian memudar.
Gadis bocah yang kemudian beranjak dewasa tersebut konon kemudian mempelajari Bahasa Inggris, dibaptis, dan akhirnya kemudian menikah. Dan salah satu kisah menyebutkan, bahwa dia kemudian diberi nama Agnes Barre.
Sebuah cerita menyebut yang lain, menyebutkan bahwa bocah perempuan tersebut menjelma menjadi perempuan dewasa yang agak ceroboh dalam bersikap. Dan sementara itu yang lain mengatakan, bahwa wanita tersebut kemudian menikah dengan seorang diplomat yang bernama Richard Barre.
Bocah wanita tersebut setelah bisa bicara dalam Bahasa Inggris, lantas dia kemudian menceritakan asal usulnya dari mana dia berasal.
Menurut legenda cerita yang beredar, berdasarkan pengakuannya, yaitu tempat dari mana dia berasal yaitu dari suatu tempat yang seluruhnya berwarna hijau. Dimana tidak ada sinar matahari, namun tempat tersebut memiliki sinar yang mirip senja hari.
Perempuan tersebut kemudian mengaku, bahwa dia dan juga adik lelakinya sedang menggembala ternak ketika saat itu mereka menemukan sebuah gua.
Pada saat itu mereka mendengar suara denting bel lantas mereka akhirnya masuk dan kemudian tersesat dalam labirin di batu tersebut. Dan akhirnya mereka kemudian menemukan jalan keluar dari lubang tersebut.
Pada saat itu mereka mendengar suara denting bel lantas mereka akhirnya masuk dan kemudian tersesat dalam labirin di batu tersebut. Dan akhirnya mereka kemudian menemukan jalan keluar dari lubang tersebut.
Kemudian keduanya dikejutkan oleh cahaya matahari yang saat itu menyorot terang. Mereka lantas kemudin berbaring dalam waktu yang cukup lama.
Kemudian karena ketakutan keduanya pun berharap bisa terbang, namun akhirnya mereka tidak mampu menemukan jalan masuk ke dalam gua sebelumnya.
Kemudian karena ketakutan keduanya pun berharap bisa terbang, namun akhirnya mereka tidak mampu menemukan jalan masuk ke dalam gua sebelumnya.
Versi cerita lain menyebutkan, kedua bocah tersebut tersesat karena terperangkap kedalam dunia jin dan terjebak ke dunia lain yaitu Dunianya manusia.
Kisah tentang 2 bocah berwarna hijau tersebut, banyak menjadi perdebatan, ada yang bilang bahwa cerita tersebut adalah hanya merupakan cerita karangan saja, namun setidaknya dua akademisi mendokumentasikan kisah tersebut, yaitu kepala biara Benediktian, yaitu Ralph of Coggeshall dan juga William of Newburgh, yaitu penulis Historia rerum Anglicarum.
Coggeshall menyebutkan Sir Richard de Calne sebagai sumber catatannya. Dan sementara itu, seorang sejarawan dari Newburgh mengaku meyakini kisah legenda tersebut, karena ada banyak sekali saksi mata yang meyakinkan soal berita tersebut.
Berdasarkan asumsi bahwa legenda itu benar adanya, dan sejumlah orang juga menegaskan teori asal usul 2 anak berkulit hijau tersebut.
Ada juga yang menyebutkan, bahwa mereka sejatinya adalah Alien, bahkan ada yang menyebutkan bahwa dua bocah tersebut berasal dari dimensi lain.
Sejumlah pihak banyak yang beranggapan, bahwa warna hijau pada kulit kedua bocah tersebut akibat keracunan racun arsenik.
Zat beracun tersebut juga dimungkinkan berdampak pada nafsu makan mereka yang rendah sehingga menyebabkan kesehatan anak laki-laki tersebut menjadi buruk.
Racun Arsenik pada masa lalu digunakan untuk pembuatan pewarna hijau, hal itu mungkin yang membuat kedua anak tersebut memiliki kulit yang cenderung bertotol-totol hijau.
Penyebab lainnya diduga akibat klorosis, yang ber bentuk anemia, Hypochromic Anemia yang ditandai dengan keluarnya warna kehijauan pada kulit, hal tersebut biasa terjadi pada pergantian Abad ke-20.
Terkait tentang asal usul kedua bocah tersebut, seorang penulis sekaligus editor yaitu Paul Harris kemudian menawarkan penjelasan yang lebih masuk akal.
Menurutnya mereka merupakan anak-anak dari pengungsi Flemish yang mana orang tuanya tewas dalam kekerasan di wilayah tersebut selama Abad ke-12, yang termasuk dalam pertempuran di Fornham di tahun 1173.
Fornham yang juga dikenal sebagai Fornham All Saints atau Fornham St. Martin terletak kira kira 2 mil dari Gereja Bury St Edmunds. Pada Abad ke-12 dan juga Abad ke-13, rumah ibadah tersebut memiliki lonceng yang sangat terkenal dengan suaranya yang sangat riuh.
Selain itu juga Sungai Lark yang mengalir di dekat Fornham St. Martin terbelah oleh fitur bawah tanah yang berupa tambang batu yang telah ada selama ribuan tahun yang lalu di daerah tersebut.
Diduga orang-orang Flemish terdapat di hutan Thetford, naungan dedaunan yang lebat mungkin membuat suasana di sana seperti senja tanpa sinar matahari langsung.
Anak-anak tersebut bisa juga memasuki salah satu dari banyak bagian tambang di bawah tanah, yang menuntun mereka ke daerah Woolpit.
Namun tidak semua orang sepakat tentang penjelasan tersebut. Para penentang menegaskan bahwa orang-orang Flemish yang dieksekusi pada saat pemerintahan Henry II merupakan tentara bayaran untuk melawan raja. Jadi tidak mungkin mereka membawa serta anak-anak mereka.
Meski sementara itu orang-orang Flemish juga pernah tinggal di wilayah tersebut. Jika benar anak-anak tersebut merupakan bagian dari para pendatang, jadi tidak mungkin warga tidak mengenal dengan bahasa mereka.
Robert Burton juga menjelaskan dalam bukunya yang berjudul 'The Anatomy of Melancholy' yang diterbitkan pada tahun 1621, juga berspekulasi bahwa anak-anak berkulit hijau itu merupakan mahluk yang jatuh dari langit.
Banyak Pendapat yang mendorong sejumlah orang untuk berspekulasi, dan anggapan anak-anak itu mungkin merupakan makhluk angkasa luar.
Di dalam sebuah artikel pada tahun 1996 yang diterbitkan dalam sebuah majalah Analog, yaitu seorang astronom bernama Duncan Lunan berhipotesis, bahwa anak-anak tersebut sengaja diangkut ke Woolpit dari planet mereka, yang mungkin saja terjebak di suatu orbit sinkron di sekitar bintangnya, sehingga kehidupan mereka hanya terjadi dalam zona senja yang sempit antara permukaan panas ekstrem dan juga sisi gelap yang beku.
Kisah dan legenda anak-anak hijau tersebut atau dikenal dengan legenda Green Children of Woolpit telah bertahan lebih dari 8 abad. Namun Fakta sebenarnya di balik cerita tersebut mungkin tidak akan pernah diketahui tentang kebenarannya.
Namun bagaimanapun legenda tersebut telah menjadi banyak inspirasi bagi banyak puisi, novel, juga opera, serta drama di seluruh dunia.
EmoticonEmoticon